Selasa, 06 Oktober 2009

Di balik jendela beruap

Nah, hujan lagi kan. Sudah saya bilang, ini Oktober. Kenapa malah membandel.. kemana jas hujan dan sweater yang selalu saya ingatkan untuk dibawa-bawa. Lupa kan?

Sudahlah, tak usah diingat. Toh bukan lagi saatnya saya harus selalu mengingatkan kamu, si bandel yang kusayang itu.

--
Hujan kali ini bukan gerimis lagi. Lebat. Deras. Semakin mengaburkan pandangan saya lewat jendela-jendela yang beruap itu. Diantara tempelan daun-daun gugur pada kaca jendela kabur, dibawah rinai hujan itu..saya lihat punggungmu menjauh.
Ah ya sudahlah..kenapa lagi-lagi saya membahas ini.

Dan sekarang saya sedang bingung.
Bingung membagi cinta antara titik hujan dan matahari yang sedang sibuk bersembunyi dibalik awan. Bingung menentukan arah utara dan selatan. Akibatnya saya berdiri disini saja, dibalik jendela beruap ini.

Hei kau..bisakah untuk tidak pergi? Kesini saja, ke balik jendela ini. Menemani saya sebentar sampai hujan ini berhenti. Boleh, ya?




7 komentar:

  1. bagus sekali tulisan ini...

    sini, sini, aku temenin
    :)

    BalasHapus
  2. saya suka hujan...dan tulisan ini tentunya :)

    BalasHapus
  3. Ah hujan kau datang lagi. Sekarang kau jadi bagian dari prosa Lolly. Besok siapa lagi yang akan terinspirasi olehmu?

    BalasHapus
  4. suka banget dengan gaya mbak Lolly bercerita. tapi kayaknya akhir-akhir ini "ditinggal pergi" ini selalu jadi tema ya mbak?

    BalasHapus
  5. iya.. kata2nya ngalir,
    walau agak berat (menurut aku lho..)
    tapi entah kenapa mudah dimengerti. hehe

    BalasHapus
  6. wah...masih tentang hujan neh...

    mudah2an dia mendengar panggilanmu dan berbalik arah lalu berlari-lari kecil ke arahmu untuk sama2 berlindung dari hujan ;)

    BalasHapus
  7. hujan menjejakkan kakinya di bumi yg gersang. menyegarkan jiwaku dan mencuatkan aneka inspirasi di benakku.

    BalasHapus