Jumat, 30 Oktober 2009

Happy weekend

Dan yah..
Tahu-tahu Sabtu datang lagi kan?
Jadi ya sudahlah..
Selamat berakhir pekan.
Loncaaaaaaaaaaaat!! :D



Kamis, 29 Oktober 2009

Merasa patah hati

Gara-gara "Nine million bicycles" yang saya post kemarin, ada yang mengira saya habis honeymoon di Beijing. Hahaha. Boro-boro. Melihat secara jelas peta Beijing di atlas saja saya tidak pernah, apalagi menginjakkan kaki disana. Honeymoon pula. Whew! Dengan siapa? :p

Beberapa yang lain mengatakan saya sedang jatuh cinta.

Tapi sebenarnya saya malah sedang patah hati.

Ah, entahlah. Saya cukup bingung dengan keadaan sekarang. Bingung mengapa bisa dengan bodohnya berkali-kali gagal menghilangkan perasaan ini. Perasaan jatuh cinta pada pandangan pertama, kedua..dan seterusnya sampai sekarang. Dan mungkin sampai mati.

I write you, and erase...and rewrite.
And it suffered me so much..

---

Semalam kamu datang. Duduk bagaikan patung dewa diruang tamu ibuku. Oh, ya salah. Patung dewa tidak memegang gitar, tentu saja. Semalam kamu memainkan gitarnya. Lagu kesukaan yang sering kamu mainkan, "Karena Ku Tahu Engkau Begitu". Ya, kamu begitu piawai memetik melody nya. Dan saya cuman diam memperhatikan. Jarimu. Tanganmu yang besar. Matamu yang berkali-kali mencuri tatap ke arahku. Bibirmu yang bergerak-gerak menyanyikan liriknya.

"Saya sayang kamu." Katamu semalam, sebelum pulang.
"Saya juga sayang kamu."
Lalu kamu memeluk saya.
Hei, hei.. ini di teras rumah. Supaya kamu tahu ya, tetangga depan itu suka mengintip dan saya jamin di jam segini mereka belum pada tidur.
Tapi kamu malah memeluk lebih kuat.
Kamu bilang, "aku gak peduli."

Saya mencintai kamu, dan saya tahu kamu mencintai saya sama besarnya.


Tapi entah mengapa, saya tetap merasa patah hati.




Selasa, 27 Oktober 2009

9 Million bicycle



There are 9 million bicycles in Beijing..
That's a fact, a thing we can deny
Like the fact that i will love you till i die..

Sungguh saya baru tahu kalau ternyata sepeda di China ada sebanyak itu. Kalau begitu pastilah kaki orang-orang China itu pada kuat-kuat.
Hm..lagu itu manis ya?
Seperti fakta tertulis yang tak bisa lagi ditentang, saya juga mau bilang "Saya sayang kamu". Sayangnya tidak hanya sebanyak 9 juta sepeda..tapi lebih dari seluruh dunia bila digabungkan sekaligus. Kamu tahu?

We are twelve billion light years from the edge,
That’s a guess,
No-one can ever say it’s true
But I know that I will always be with you


Lebih dari sesuatu yang tidak pasti..
Mungkin tidak selamanya -yeah..siapa mati duluan kita tak tahu kan, hehe-, tapi kujanjikan aku akan selalu ada. :)

I’m warmed by the fire of your love everyday
So don’t call me a liar,
Just believe everything that I say

There are six BILLION people in the world
More or less
and it makes me feel quite small
But you’re the one I love the most of all

[INTERLUDE]
We’re high on the wire
With the world in our sight
And I’ll never tire,
Of the love that you give me every night

There are nine million bicycles in Beijing
That’s a Fact,
it’s a thing we can’t deny
Like the fact that I will love you till I die

And there are nine million bicycles in Beijing
And you know that I will love you till I die!


Ya sudahlah, mari kita dengarkan saja lagunya..
Saya sedang tak pandai bernarasi, Oktober hampir berakhir dan saya terlalu sibuk dengan pekerjaan disini. Jadi, dengarkan saja ya?

PS : I love you.





Rabu, 21 Oktober 2009

Tos skren

Hahaha..!
Sungguh kemarin ada kejadian lucu. Yang membuat saya ternganga heran lalu terbahak tak tertahan. Huihihihihi...

Customer saya itu, ada-ada saja. Sebentar saya gambarkan dulu bagaimana orangnya. Tinggi besar hitam, dengan gaya sengak dan logat khas Maduranya yang kental. Eh, tapi jangan salah..gitu-gitu dia itu bos. Mungkin karena itulah gayanya agak nyebelin. Sengak dan sok. Sedikit-sedikit mau berbicara pake istilah bahasa Inggris (dengan logat Madura, tentu saja). Tapi gilanya, Inggrisnya itu .. ampun deh, parah banget.

Kemarin si customer sengak ini datang ke kantor. Lalu mamerin hape barunya.
"Hape baru..rek.." katanya sambil nunjukin hapenya ke saya.
Saya cuman melihat hapenya sekilas lalu masang senyum agak terpaksa.

"Niw...niw.." katanya lagi. Maksudnya, baru. Gitu.
"ooh.." saya cuman manggut-manggut.

Masih saja tidak menangkap isyarat ketidaktertarikan saya, dia kembali melanjutkan
"Ini seri terbarunya, yang toskren."

Saya langsung mandangin mukanya dengan tatapan aku-tak-ngerti.
"Iya...toskren. Masa kamu tidak tahu sih??" dia berusaha menjelaskan, sepertinya.

Saya semakin ternganga.
"Ya ampun .... " katanya. "Skren nya, pake tos."

Mudah-mudahan tidak ada lalat yang terbang nyasar kedalam mulut saya yang masih terbuka.
"Aduh....sentuh loh, sentuh." Dia mengangkat hapenya tinggi dan menyentuh layarnya dengan jarinya.

"Oooooooooooooooh..."
Maksudnya touch screen [tauch skrin]. Skrin kok jadi skren sih?


"Buruk sekali sih bahasa inggris kamu..." tatapannya menyepelekan. Saya menahan senyum setengah mati.
"Pergilah les bahasa inggris..kalo TOS SKREN aja tidak tahu, itu parah.."
Sekarang saya setengah mati menahan diri agar tidak melemparkan stapler ke gundulnya.

Tiba-tiba boss saya nongol dari dalam.
"Hey, Siang boss." lalu mereka bersalaman. Boss saya melirik ke atas meja dan melihat hape tersebut tergeletak disana.
"Hape baru lagi nih..." kata boss saya, diam sebentar. Lalu melanjutkan "Wah..TAUCH SKRIN [touch screen] yaa.."

Si customer sengak langsung menganga bego. Saya terbahak membahana. Boss saya bingung.



PS : moral dari cerita diatas, jangan terlalu banyak ngomong kalo belum terlalu banyak tahu. Hahahaha..




Selasa, 20 Oktober 2009

The man who can't be moved


Cause If one day you wake up and find your missing me..
and your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinkin maybe you'll come back here to the place that we'd meet

And you'll see me waiting for you on our corner of the street

So I'm not moving,.. I'm not moving,

I'm not moving, I'm not moving ....

People talk about the guy that's waiting on a girl
There are no holes in his shoes but a big hole in his world
...
---

Bunyi genset sedang mencoba bertarung dengan suara merdunya The Script yang bernyanyi cukup nyaring dari balik speaker.. Hari ini panas dan mati lampu, dalam kondisi mood yang sedang tidak begitu bagus, saya mencoba bernyanyi..mengikuti The Script.

Policeman says, "son you can't stay here"
I said, "there's someone I'm waiting for If it's a day, a month, a year"
Gotta stand my ground even if it rains or snows

If she changes her mind this is the first place she will go...

Betul kata seseorang, menciptakan sebuah lagu benar-benar membutuhkan sebuah "feel" yang mengena. Jadi liriknya bisa meresap, dari kuping menjalar ke otak..turun ke hati. Lalu mensintesis sebuah rasa, bisa feeling-blue..atau missing you..

Saya tahu, dia berkata demikian karena miliki kisah yang sama seperti lagunya. The Man Who Can't Be Moved ini..

Cinta dan bodoh sepertinya hanya beda tipis saja..
Sekian lama ia terlihat berdiri disana, diam mematung..tegak bagaikan mercusuar ditengah laut. Menanti kedatangan kapalnya. Lenteranya tak pernah padam, ya..tak pernah padam.

Padahal sudah kami teriakkan padanya untuk pindah, bergerak dari sana.
"Move on..move on, kawan.." begitu kata kami.
"Hei sudahlah..jangan disitu terus. Banyak hal yang sudah kau lewatkan. Sudahlah, patah hati itu biasa." begitu kata yang lain.

Tapi rupanya dia tetap saja keras kepala.
Katanya ini bukan patah hati biasa..
Dan persis seperti lagunya ia juga bilang, "kalian tidak mengerti.."

Dan saya bilang sekali lagi cinta dan bodoh hanya dibatasi oleh satu garis tipis, rupanya..

Dan setelah sekian lama.. kemarin saya bertemu lagi dengannya, the man who can't be moved itu. Secara tidak sengaja saya melewati persimpangan itu, dan tentu saja..yeah. Ia tetap berdiri disana. Rupanya ia tetap berharap suatu hari gadisnya akan merasa rindu dan kembali menemuinya di tempat pertama kali mereka bertemu.

--

Saya tidak bisa berkata apa-apa. Kemarin saya memang lewat situ. Kebetulan saja,. sekalian ingin tahu..apakah kamu masih tetap disitu atau tidak.

Oh ya, gadismu titip pesan. Terima kasih sudah menunggu, dan ia berharap akan bisa segera menemuimu disana..katanya. :)



Jumat, 16 Oktober 2009

Janjian yang bukan kencan

Dan.. meskipun tidak diundang, toh sabtu datang lagi. Dan meskipun sabtu toh saya tetep aja duduk dibelakang meja di kantor ini, menghadapi komputer dengan 8 file terbuka sekaligus, lagu Gita Gutawa yang "Aku Cinta Dia" dan 5 window Yahoo Messenger yang sedang berkedip-kedip tanda banyak pesan masuk.

Hahaha..

Oh yah, sabtu memang harus di nikmati :p

Jadi, apa pula cerita?

Hm..

Hmm..

Ah, ada-ada.
Barusan saya menerima sebuah sms. Ajakan makan siang dari seseorang. Sudah lama tidak duduk semeja, katanya. Saya balas pesannya dengan kalimat persis seperti ini untuk menggoda si pengirimnya,
"Ditraktir, kan? :p"

Dan tentu saja saya pasti ditraktir. Tahu-tahu kami sudah janjian jam 1 siang ini disebuah restoran di salah satu sudut kota. Bertemu saja disana, kata saya. Ada beberapa faktor-faktor tertentu yang menyebabkan saya lebih memilih untuk datang sendiri.

Salah satunya adalah karena dia itu..mantan pacar pertama saya :D
*Halah, bahasanya. Seperti punya selusinan mantan saja.*

Huahahaha..

Loh, kenapa? Jangan mandangin saya seperti itu dong. Ini cuman janjian makan siang, bukan kencan. Bukan. Oke?

Ya sudah, selamat menikmati akhir pekan.
Saya pergi dulu, sepertinya si pak dosen sudah menunggu, hehe. *lebih aman kita sebut begitu saja, ya?*

:p



Apalah khaaan..

Jadi..
Ini cerita tentang ibu tiri saya.
Sebenernya apapun kondisinya itu, saya agak enggan menyebutnya "ibu". Bukan..bukan karena ada dendam pribadi, biasa sajalah. Hanya saja ada perasaan sedikit "emoh" untuk menambahkan embel-embel "ibu" kalau menyangkut semua urusan tentang dia.. Kami panggil dia "tante". Dan tentu saja dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, istilah "tante tiri" tidak bisa digunakan untuk menyebut "wanita lain yang dinikahi ayahmu". Ya kan ya?

Okelah, kita sebut dia tante.

Si tante ini gaul sekali. Hubungan saya dengan dia bisa dikategorikan baik untuk kondisi yang seperti ini. Ya..kami tidak tinggal serumah dengannya. Jadi, kadang2 bertemu saja kalau kami sedang bertamu kerumah ayah.. Err..orangnya? yah..gitu-gitulah. Dia seumuran saya.

Yang jelas, setiap bertemu dia, saya selalu sakit perut menahan tawa..bagaimana tidak sih kalau gayanya suka edan-edan teling? Ada-ada saja. Mulai dari cara ngomong yang menirukan Chincha Lawrah (sumpahh..ini benar :D) sampai membeli Blackberry yang ternyata cuman dipake buat sms-an doang.

Saya trenyuh dan berjanji akan mengajarinya internetan suatu hari nanti..
:D

Lalu, kebiasaannya itu selalu menambahkan "Apalah khaaaan?" disetiap akhir kalimatnya.
"Khaan"-nya itu disuarakan dengan penuh gaya dan "H"-nya ditekankan.

Misalnya nih,
"Ih..iya, emang bewrapa sich harga Black (ngomong 'black'nya ini dengan mulut monyong abis) bewri..masa gak mampu beli. Ck. Apalah khaaaan.." lalu mengibaskan rambut rebondingnya.

Saya cuman bisa megang perut dan sedikit ngangguk sambil jawab dengan suara parau "Iya tantheee.."

Anaknya yang paling besar sekarang bersekolah di TK nol besar kelas "stroberi" *eniwei, aneh2 ya nama kelasnya.*
Namanya Kevin, si adikku itu. Namun herannya, ibunya suka membahasakannya menjadi "Kew-vhin".

Suatu ketika, saya iseng menanyakan kepada si adik saya itu..sekarang sudah kelas berapa. Mamanya yang menjawab.
"Kew-vhin...kamu kelas, eh..bewrapa tuch..nol bewshar. Ya...kelas STROW...BEWRIH khan nak?.. Apalah khaaaan.." *kepala agak digoyang*

Moso oloh.
Rasanya pengen saya sahut,
"ya..tanthee...Shahruk Khaaan..gitu lho book.."
Tapi berhubung ayah saya sedang duduk merokok di dekat situ, saya cuman menjawab "oooh.." lagi lagi dengan suara parau.

Yah, begitulah. Ib* tiri saya selalu lucu. Saya curiga, mungkin inilah yang membuat ayah saya tertarik dengannya. Aksen-inggris-kacau-nya. Hahaha. Memesona, sepertinya.

Ah.
Apalah khaaaaaaan.... :D *dengan H ditekankan*

Sudah ah, stop gosipin orang :p

Selasa, 13 Oktober 2009

Malunya.. :">

Oh malunya hati ini bila kuingat saat itu..
Kami hanya saling memandang,
dan terdiam terpaku..

Haha! Entah siapa yang memulai, entah siapa yang memutar..tiba-tiba saja lagu ini terlintas dalam kepala saya sejak kemarin sore. Siapa yah yang nyanyi? Reza kalau tidak salah..

Saya nyanyikan refrain lagu ini berulang-ulang, karena emang cuma tau bagian reff-nya aja. Oh malunya..oh malunya hati ini.. Dan saya teringat kamu. Dan teringat kita waktu itu.

" Hei, suka masakan Jepang?" tanyamu siang itu, lewat kotak kecil di layar monitorku. Yahoo Messenger.
"Uhm..jarang nyoba sih. Keknya rasanya rada aneh."
"Hahaha. Makanya harus dicoba. Aku traktir deh. Gimana, mau?" Balasmu.

Aduh, mau engga ya? Engga apa mau ya? Mau sih, tapi kan gengsi. Masa diajak langsung mau? Tapi kan emang mau. Aduh, dilema.
Jrxxx_86 is typing..
"Mau apa engga nih..hehehe. *meletin lidah*"

Ah, jual mahal dikit dulu ah..
"Hm..gimana yah? kegiatan lagi padat nih. Hahaha. Tumben sih pake traktir-traktir segala? Dalam rangka apaan?"
Dan balasannya langsung datang dengan cepat.
"Yah, pengen ajalah. Jadi, kapan? ;) "

Jah. Emang saya udah mengiyakan? Hahaha.
"Waduh kapan ya.."
Padahal pengennya mbales "Nanti malam deeeh". Tapi, jaim dulu dong.
"Ya udah, aku jemput deh ntar malem.." Kalimat ini muncul di window kecil YM saya.

YESS! Hahaha.
"Eh..bentar-bentar. Aku inget2 dulu ada janji gak ntar malem.."
Pura-pura diam untuk beberapa menit, lalu cepat-cepat saya me-reply pesannya.
"Kebetulan lagi kosong nih. Oke deh. Tapi jangan malem-malem. Jam 6 gitu deh. Sip?"

Jrxxx_86 is typing again..
"Sip deh. Yang santai aja.. ntar udah mau jalan, aku call deh.."
"Asikkk ditraktir :D "

--
Sampai di restoran jepang itu kita hanya tertawa-tawa. Kamu engga duduk didepan saya, seperti pasangan dinner pada umumnya. Emang sih waktu itu kita belum jadi pasangan. Kamu duduk di sebelah kanan. Lucu. Dengan kacamata dan memamerkan lesung pipi. Untung saja kamu tidak tahu waktu saya deg-degan.

Kamu banyak tertawa. Kita lebih banyak tertawa daripada berbicara. Diam. Lalu saling memandang, dalam jarak yang begitu dekat. Kemudian kita serempak memalingkan muka dan tertawa. Sepertinya ada sesuatu yang lucu.

Tapi sumpah waktu itu aku tidak merasa lucu. Aku hanya terlalu gugup untuk berekspresi lain selain tertawa. Kalau kamu? apa ya alasanmu tertawa waktu itu? Bahkan sampai hari ini belum sempat kutanyakan lagi..

Oh malunya hati ini bila kuingat saat itu..

Hahaha.
Lalu pulangnya kita saling diem-dieman. Entah, saya hanya tidak tahu mau berkata apa. Soalnya kamu juga diam.

Lalu tiba-tiba sebelum sampai rumah kamu menanyakan satu hal yang membuatku semakin malu.
"Boleh aku nanya sesuatu?"
"Oh..apa?" Kenapa sekarang saya deg-degan? Jelas-jelas kamu tidak terlihat seperti akan "menembak" saya.

"Siapa sih cinta pertama kamu?" Sepertinya wajah kamu serius.

Olala. Bisa gak sih menanyakan pertanyaan lain? Saya tidak suka berbohong, tapi saya malu untuk jujur sekarang.
"Err.."
Kamu menaikkan alis, menunggu jawaban.
"Ya adalah..hahaha. Temen smp dulu."
"ooh..." kamu mengangguk-angguk.

"Temen smp dulu, yang suka berkelahi denganku. Yang nyebelin banget. Yang pernah aku patahkan penggarisnya. Yang selama 3 tahun jadi bulan-bulanan teman-teman, di jodoh-jodohkan denganku. Yang orangnya item dekil. Yang ga bisa ngomong "R". Hahaha. Yang nraktir aku makan masakan jepang, barusan. Kamu ."
Jawaban lanjutan ini hanya ada di khayalan otak saya doang kok. Saya berani untuk sejujur itu.

"Lalu kamu, siapa dong cinta pertama kamu?" Saya balas bertanya dengan iseng. Sudah 7 tahun saya tidak bertemu denganmu sejak kita lulusan, jadi boleh dong iseng nanya sekali-kali.

Kamu cuman diem.
"Hayo .. siapa? Hahaha. " Saya tergelak, merasa diatas angin karena kamu engga berani jawab.
Kamu berbalik memandang saya. Dengan tatapan seserius tadi. Rupanya saya salah.


"KAMU." Jawabmu pendek. Tapi lugas.
Saya salah tingkah.

Oh malunya hati ini bila kuingat saat itu..

Senin, 12 Oktober 2009

Tidak merajuk lagi


Wah..wah.. Hari ini cerah rupanya ya? :) Diluar lagi terik tuh, mataharinya. Sepertinya ia sudah kembali berbaikan dengan awan. Ck ck ck..lihat saja diatas sana. Genitnya ..menggantung di puncak langit.

Ah, keluar sebentar ah..sebelum mataharinya merajuk dan bersembunyi lagi. Sudah lama saya tidak melihat bayangan saya dibawah sinarnya. Kangen juga.
Yuk..




Homeless or Naked? Died

Whew.
Rupanya sudah 5 hari sejak saya terakhir menulis di blog ini. Kamis dan Jum'at..saya sibuk luar biasa. Biasalah, akhir tahun begini perusahaan sedang mengejar targetnya. Akibatnya para karyawan di suruh nge-rodi abis-abisan, termasuk saya. Nge-rodi yang digaji, maksudnya..secara jaman kumpeni sudah berlalu, gitu loh. *gaya gaul mode on* :D
Sabtunya saya sakit akibat gaya kerja model kumpeni yang diterapkan ditahun milenium seperti ini. Tepar seharian penuh.

Dan tentunya kalian tidak mengira saya sudah mati bunuh diri seperti Patches itu, kan? ;)

Ya, tentu saja tidak. Saya belum sebodoh itu. Tidak sebodoh itu, lebih tepatnya.

Mm..apa yang akan kita bicarakan kali ini? Tidak ada topik yang menarik sepertinya, si topik sedang entah kemana. Soalnya hari hujan sih. Setiap hari hujan. Padahal ini baru Oktober. Pagi ini pun hujan. Membuat saya jadi terlambat ke kantor dan ngantuk mellow seharian.

Ya okelah, saya minta maaf kalau menjadikan hujan sebagai kambing hitam. Padahal jelas-jelas hujan bukan kambing kan ya?

Halah..

Omong-omong..kura-kura yang tidak bercangkang itu termasuk tunawisma atau telanjang ya? Ah ya, jangan pikir saya gila kalau tiba-tiba menanyakan hal ini. Soalnya saya baca kalimat ini di status fesbuk seorang teman sih.

If turtle has no shell, is it homeless or naked?

Yah..setelah saya pikirkan berpanjang lebar demi membuang rasa mengantuk, sepertinya jawabannya sungguh tidak penting. Tidak penting lagi menjadi tunawisma ataupun disebut telanjang, soalnya kura-kura tidak dapat hidup tanpa cangkangnya. Sesuatu yang mati tidak lagi menganggap persoalan hidup adalah sesuatu yang penting.

Turtles without their shell are actually dead. Whether or not a corpse can be either homeless or naked is a matter for the philosophers.

So, they're homeless, naked and dead.

Selamat tinggal dunia.

Eh ya sudah, kenapa persoalannya jadi 'mati' lagi sih?

Omong-omong saya sedang mendengarkan sebuah old song milik Paul Anka, I Don't Like to Sleep Alone. Bagus sekali :) Adik saya bilang saya sudah seperti emak-emak. Seleranya taun 60an. So what gitu loh, abis bagus sih.
I don't like to sleep alone
Stay with me, don't go
Talk with me for just a while
So much of you to get to know

Yeah..so much of you to get to know. Saya jadi teringat seseorang. Tapi, sudahlah. Lupakan saja. I don't like to sleep alone. No one does.
Like a man said in his song
"Help me make it through the night"
Loneliness can get you down
When you get to thinkin' no one cares
Lean on me


Sudah saya bilang mendengarkan lagu ini membuat saya teringat seseorang. Dia suka bercerita, paling tidak suka tidur sendiri. Bukannya takut, hanya saja tidak suka. Kalau dia sendirian, tidak ada yang mengingatkannya untuk tidak banyak-banyak merokok. Kalau dia sendiri..tidak ada yang.. Aaaah, ya sudahlahhhh.. matikan saja lagunya.

Klik.

I don't like.to sleep alone
No one does..
Do you?
*bersenandung mode on*
Bagaimanapun saya tetap suka lagu ini :)



Rabu, 07 Oktober 2009

Patches



Each night i cry as i think of that shanty
And pretty Patches there waiting the door
She doesn't know that i can't come to see her
Patches must think that i love her no more..
--
Patches..oh what can i do
I swear I'll always love you
It may be not right
But I'll join you tonight
Patches, i'm coming to you..

Itu potongan lagu lama milik Dicky Lee (1962), Patches yang sedang saya dengarkan saat ini. Ya, lagu yang saya dengarkan berulang-ulang, setelah bertemu kamu lagi. Semalam.

"Hey, apa kabar?" Kamu tertawa lepas begitu saja saat aku menanyakan kabarmu. Lalu, baik..jawabmu.
"Kamu, baik kan?" ini pertanyaan atau pernyataan?
"Oh, tentu saja." Aku ikut tertawa. Padahal tidak ada yang lucu saat itu. Udara dingin, dan duduk di belakang motormu yang bergerak lambat membuat saraf-sarafku tidak bekerja dengan baik. Sepertinya.

Patches must think that i love her no more..

Semalam kita berbicara panjang, selain bertukar menanyakan kabar. Kau menatapku sekali-kali, aku hanya menunduk. Mendengarkanmu berbicara, lambat dan pelan. Seolah kau berusaha menguraikan satu persatu makna kata-katamu, takut aku tidak mengerti.

Sekarang saya merasa, kamulah tokoh Patches dalam cerita kita.
Patches must think that i love her no more..
You must think that i love you no more..

Si bodoh itu..
Bukankah aku pernah bersumpah akan mencintai kamu, selamanya?
Hahaha..rupanya saya pinter menggombal juga. Dan sekarang saya termakan sumpah.

--

Ya..
Oktober sepertinya bukan waktu yang tepat untuk merevisi kisah. Hujan turun terlalu lebat dan kita tidak punya tempat untuk berteduh, kan? Tapi kenapa kamu terus memaksa? Kau pandang aku lekat dari balik kacamatamu..
"Ya, please?"

Saya termakan sumpah, kali ini. Matilah. Tak ada tempat untuk mengelak, bahkan tak ada ruang untuk bergerak. Kamu terlalu dekat. Dan aku? Aku terlalu cinta.
Lagi-lagi lebay.

Patches..oh what can i do
I swear I'll always love you
It may be not right
....

Ah, ini salah. Kisah kita sudah terlalu rapuh untuk di tulis kembali. Kertasnya sudah terlalu lembab akibat ditetesi air hujan di musim ini. Dan tintanya juga sudah nyaris mengering.

"Kenapa kamu memaksa?" Saya bertanya perlahan, memberanikan diri menatap langsung ke matamu.

"Karena aku terlalu cinta, dan aku tahu...kamu juga.."

---

Oh ya, kalian tahu apa yang terjadi pada Patches di lagu itu? Ia mati, bunuh diri. Karena patah hati. Dan pacarnya, yang menyanyikan lagu ini..akan segera menyusulnya malam ini, katanya.






Selasa, 06 Oktober 2009

Di balik jendela beruap

Nah, hujan lagi kan. Sudah saya bilang, ini Oktober. Kenapa malah membandel.. kemana jas hujan dan sweater yang selalu saya ingatkan untuk dibawa-bawa. Lupa kan?

Sudahlah, tak usah diingat. Toh bukan lagi saatnya saya harus selalu mengingatkan kamu, si bandel yang kusayang itu.

--
Hujan kali ini bukan gerimis lagi. Lebat. Deras. Semakin mengaburkan pandangan saya lewat jendela-jendela yang beruap itu. Diantara tempelan daun-daun gugur pada kaca jendela kabur, dibawah rinai hujan itu..saya lihat punggungmu menjauh.
Ah ya sudahlah..kenapa lagi-lagi saya membahas ini.

Dan sekarang saya sedang bingung.
Bingung membagi cinta antara titik hujan dan matahari yang sedang sibuk bersembunyi dibalik awan. Bingung menentukan arah utara dan selatan. Akibatnya saya berdiri disini saja, dibalik jendela beruap ini.

Hei kau..bisakah untuk tidak pergi? Kesini saja, ke balik jendela ini. Menemani saya sebentar sampai hujan ini berhenti. Boleh, ya?




Senin, 05 Oktober 2009

"Muke lo soak..!"

"Remember that as a teenager you are at the last stage of your life when you will be happy to hear that the phone is for you."

--

Adik saya yang nomer tiga sekarang sedang sangat aneh kelakuannya. Ada-ada saja tindak-tanduknya yang melebihi batas normal, atau kosakata-kosakata edan yang keluar dari mulutnya, atau mungkin juga kalimat-kalimat dengan struktur tidak jelas yang memakai majas entah dari mana. Setahu saya, dulu guru BI kok tidak mengajarkan begitu ya..

Sekarang dia baru saja duduk di kelas 1 SMA. Sedang melewatkan masa remaja yang menyenangkan, sepertinya. Ciri-cirinya menunjukkan seperti itu. Hobinya sms-an, dan akan segera berlari dengan tapak tak menyentuh lantai untuk mencapai hp-nya, kalau hp itu berdering. Bahasanya gaul, dan sering malah saya tak mengerti apa yang ia maksudkan. Kalau sudah begitu, paling saya hanya mengerutkan kening dan bertanya, "apaan tuh Li?". Panggilannya, Lia.

Seperti semalam. Ia tengah asik membereskan buku-buku pelajarannya ketika saya minta untuk mengambilkan sebuah novel dari dalam tas saya yang kebetulan lagi nangkring diatas meja belajarnya.

"Li, tolong ambilkan novel yang ada di dalam tas saya dong. Yang ada diatas meja kamu."
Dia cuman diam, masih asik dengan buku-bukunya.
"Li..?" saya panggil lagi.
Dengan ogah-ogahan ia merogoh tas saya dan mengulurkan agenda kepada saya yang lagi duduk diatas tempat tidur.
"Novel Li..itu sih agenda."

Keningnya agak berkerut sedikit. Disusul dengan mulut memonyong. Mungkin tanda ia agak sedikit keberatan. Ia kembali merogoh tas. Kali ini, benda yang dimaksudkan ketemu. Diulurkannya novel tipis itu kepada saya sambil berkata,

"Nih..muke lo soak."

Apa??!?
Saya kaget campur geli mendengar ucapannya.
"Apa??" tanya saya.

"Muke lo soak..." jawabnya santai.
"Belajar dari mana kamu kata-kata seperti itu?" Saya bertanya keheranan.
"Hahaha." ia tidak langsung menjawab malah tertawa. "Dari Joni, di sekolah."
Oh..rupanya para remaja ini saling bahu-membahu mengedarkan kalimat-kalimat edun macam begitu ya.. Ck ck.

Begini-begini, saya pernah remaja juga. Tapi kok ya rasanya dulu saya tidak se-edun ini ya? Tidak ada artis yang saya gilai, kalau suka pun sebatas gitu-gitu aja. Saya ingat dulu saya suka dengan grup musik asal Irlandia itu, Westlife. Tapi sebatas suka dengar lagunya, beli sebuah cd bajakan yang berisi lagu-lagu mereka..lalu, ya sudah. Tidak pake mengoleksi majalah-majalah dengan edisi khusus tampang meraka, apalagi menempel-nempel poster yang bersangkutan di seantero kamar. Tidak.

Beda dengan adik saya yang sekarang sedang menjadi fas beratnya BBF, itu lho..grup cowo asal korea yang menurut saya ih, engga banget. Dengan dandanan berlebihan dan kecentilan yang ngalah-ngalahin perempuan. Aduh, minta ampun deh. Tapi adik saya sangaaaaat menyukai mereka. Ia mati-matian menghapalkan lagu korea yang mereka nyanyiin, punya majalah dan tabloid dengan edisi khusus BBF dan menonton film-film BBF. Dan sekarang pula centil-centilnya meniru-niru BBF.

Ah, dasar remaja sekarang, ada-ada saja kelakuannya.

Setelah jiwa saya kembali ke badan, cepat-cepat saya putar otak agar menemukan kalimat pembalasan dendam yang tepat buat ngebales adik saya itu.
Saya lirik ia, dia berdiri dengan tangan di pinggang..tampak cantik dengan celana pendek dan kaus kuningnya saat itu. Dilirik begitu, ia menaikkan sebelah alis. Oh, nantang ya? Hahaha.

"Lu kate muke gue aki, bise soak..."

Ia terbahak. Saya juga. Gue juga bisa kali bahasa gaul. Hahaha.

"oowh..b*tch." Sambungnya di sela-sela tawa.
Wadoh!
..
Mudah-mudahan ibu saya yang diluar tidak mendengar ucapan dia kali ini.
Ck ck ck. Siapa lagi yang mengajarkannya kata-kata tak sopan seperti ini?
Hm..sepertinya oknum Joni perlu di sidang.





Minggu, 04 Oktober 2009

Kau.. [sebelum hujan reda]

Hujan..
Lagi-lagi hujan. Entah sudah yang keberapa kalinya di Oktober ini. Matahari sepertinya merajuk, sepanjang siang menyembunyikan dirinya dibalik awan. Sepertinya enggan melihat jalanan yang tak pernah kering sejak beberapa hari belakangan ini.

Oh ya, saya teringat sesuatu.
Bukankah dulu kau pernah bilang cerita kita hanya sampai hujan berhenti--
Dan sekarang meskipun hujan masih terus turun, .. sepertinya akan terus turun hingga Desember.. kau sudah tak ada. Seperti hilang, meluruh bersama debu. Atau melarut dalam kabut? Entahlah. Terlalu banyak janji tak tertepati, terlalu banyak rencana tak terlaksana. Jangan, tak perlu kau tanya kecewanya :)

Ah,..
Saya sudah berjanji tidak akan mengungkit-ungkit ini lagi, kan.
Dan hei, lihat.
Hujannya sekarang semakin mereda.
Mungkin memang menggenapi tanda. Tanda kau tak akan lagi ada.
Sepertinya.
Ya sudah. Selamat jalan. Hati-hati ya?



First time.. [not] first sight

Eniwei, sepertinya saya belum mengucapkan selamat buat batik yang sudah diresmikan sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober yang lalu. Terlambat tiga hari, masih boleh kan mengucapkan "selamat"? Oke.. Selamat ya.

Dan kemarin, semua orang saya lihat beramai-ramai menggunakan batik. Enggak tua, enggak muda. Pada ngebatik semua. Sempat saya mengobrol sedikit dengan mereka, atau mendengarkan saja, alasan-alasan yang dikemukakan seputaran dengan dipakainya batik pada hari itu. Kebanyakan yang saya dengar, supaya bisa mencintai batik. Katanya.

Lha, batik tidak diresmikan oleh UNESCO..kenapa tidak berusaha dicintai? Kenapa sekarang setelah memiliki embel-embel tersebut, baru belajar untuk dicintai,dan dibanggai? Tidakkan aneh, menurut saya..

Mudah-mudahan saja kita bisa segera mencintai si batik. Meskipun untuk menumbuhkan cinta itu tidaklah gampang.Tidak, tidaklah semudah yang diucapkan oleh mulut. Disini kita bermain rasa, bermain perasaan. Membicarakan soal 'hati'.

Cinta yang bukan cinta abg dan cinta yang tidak "pada pandangan pertama". Itu sih cinta main-main.

Oh ya, maaf-maaf saja..saya bukan seorang yang mempercayai cinta pada pandangan pertama. Bullshit bagi saya kalimat love at the first sight ini. Jatuh cinta pada pandangan pertama?? Saya tidak bisa mengerti..apanya yang dicinta kalau dilihat saja baru sekali. Mungkin, jatuh suka kali..bukan jatuh cinta.

Apalagi lagunya Savage Garden yang I Knew I Love You, itu..
I knew i loved you before i met you..
I think i dream you into life
I knew i loved you before i met you..

I have been waiting all my life.


Ck ck..ajarkan saya bagaimana untuk mencintai seseorang sebelum bertemu dengan dia. Bagi saya terdengar sangat-sangat gombal-lebay. Ya, tidak?

Mungkin inilah sebabnya saya lebih menyukai Kenny Loggins.
For the first time I am looking in your eyes
For the first time I'm seein' who you are

I can't believe how much I see

When you're lookin' back at me

Now I understand why love is...

Love is... for the first time...


Cinta pada pandangan pertama si Kenny memiliki konsep yang sangat jauh berbeda dengan Savage Garden. Seseorang yang telah dipandangnya sekian lama, namun tidak pernah diperhatikan lebih dalam. Betapa butanya si Kenny, saat ia menyadari sesuatu yang begitu indah dan begitu berharga telah diabaikannya sekian lama.

Are those your eyes,
is that your smile
I've been lookin' at you forever
But I never saw you before

Are these your hands holdin' mine

Now I wonder how I could of been so blind


Seperti batik kita, ya. Sesuatu yang begitu indah dan berharga kenapa bisa tidak kita sadari dan tidak kita banggai selama ini. Begitu malunya harus ada orang lain yang mengingatkan tentang keberadaan si batik, milik kita sendiri yang sekian lama di lupakan, di acuhkan. Halo..mbak, mas..malu enggak sih? Atau saya sendiri yang terlalu pemalu. Ah, sudahlah. Pikirkan masing-masing saja.

Dan..
Jatuh cinta itu tidak gampang. Buat saya pribadi, cinta itu baru bisa muncul setelah saya mengenal partner itu secara mendalam. Sebelum itu, hanya sebatas suka. Suka gayamu, suka cara berbicaramu, suka senyummu, suka aroma tubuhmu..dan suka-suka yang lain. Kalau berbicara tentang cinta, nanti dulu.

Ah..ngelantur terlalu jauh, pagi-pagi begini.
Kepala saya sakit, sepertinya gara-gara kehujanan pagi-pagi. Yah, sudah saya bilang..kalau Oktober, disini hujan. Mungkin di belahan sana, musim gugur. Pohon-pohon menggugurkan daunnya, dan disini..awan-awan menurunkan hujannya.

Coba lihat, jalanan diluar sana..basah.
Eh ya sudahlah. Mari mendengarkan Kenny Loggins saja. For The First Time. Ah, manis :)




Jumat, 02 Oktober 2009

Musim gugur, katanya.


Oktober lagi-


Pantas sepertinya sulit untuk mengejanya. Jangan membuat narasi, menulis prolog saja susah. Beku karena dingin.

Eh, katanya Oktober itu musim gugur ya? Entah..disini yang terasa hanya titik-titik hujan. Dari pagi menjemput malam..Bau tanah basah, aroma lembab udara..

Ah, kangennya aku padamu--
Oktober ini..kisah kita menghilang sudah.
Entah, apakah aku yang terlalu sibuk menjauhkan hati?
Ataukah kau yang tidak lagi ingin bersama mengejar mimpi?


Satu-satunya daun yang tersisa sudah mengering, menggantung pasrah di ujung dahan. Sebentar lagi pasti ia akan jatuh. Karena Oktober. Musim gugur, katanya.



Kamis, 01 Oktober 2009

Oh, boy..

Don't ice me, you starin at the wrong one
There's alot of girls here, go and get up on one
-LLYOD Banks ;Playboy-

Suatu siang, sebuah window Yahoo! Messenger kecil muncul di layar PC saya. Pesannya pendek saja, "Saya sudah memutuskan untuk berhenti mengejar kamu..saya sudah putus asa.."
Disana tertera pengirimnya adalah xxx_8x, artinya ID milik mantan pacar. Saya menghela napas, terasa malas mau membalas pesannya.

"Oh ya? Yah..baguslah. semoga langgeng yah."
Ternyata saya toh mengetikkan balasannya juga dan menekan tombol enter tanpa berpikir lagi. Yang ada di otak saya saat itu hanyalah cepat-cepat menyudahi pembicaraan tidak menyenangkan ini, mengingat buruknya kelakukan si mantan yang terus menerus mengganggu dengan menggila sejak saya putuskan kemarin-kemarin dulu karena dia ketangkap basah selingkuh. Ih, amit-amit saya sisakan lagi. Putuskan tanpa ampun!

Dan sepertinya sih dia tidak rela..Cih, emang gue peduli..
"Saya udah nembak dia, kemarin. Saya sudah cape mengusahakan kembalinya hubungan kita.."

Pemberitahuan yang ga penting banget, menurut saya. Mengganggu jam kerja saya saja.
"Ya..oke. Selamat ya kalau begitu? Eh, sorry..aku lagi sibuk nih. Udah dulu ya."

xxx_8x is typing a message..
"Maaf sudah mengganggu. Kalau begitu, met kerja..."

Saya tidak membalas lagi. Window chatnya langsung saya close saat itu juga. Bukan..tidak berarti saya masih marah atau dendam, bahkan sekarang saya sudah lupa. Lupa bagaimana sakitnya di selingkuhi, juga lupa bagaimana manisnya masa cinta-cintaan kami dulu yang sekarang terasa bullshit. Murni sekarang perasaan yang ada hanyalah terganggu dan rese' berlebihan. Sangat sangat rese, malah. Rese' dengan kegigihan dia. Rese' dengan perhatiannya yang ga penting banget itu. Saya ingin tenang. Saya ingin tentram.

Setengah jam kemudian, window YM itu kembali muncul di layar komputer saya.
"Tapi...saya masih tetap menunggu kamu......." -ditambah icon senyum tanpa dosa-

Lah??!?
Apa pula ini?
"Lah..kamu nih..lalu, bagaimana dengan pacar kamu??!?"
Saya agak sedikit emosi dengan keyboard ini. Untung saja orangnya jauh, kalau dekat..

"Yah...kalau memang kamu masih mau..saya putuskan saja dia.."

YA ELAA.....

YM nya langsung saya DC.
Tiba-tiba saya bersyukur tidak lagi pacaran dengan dia.

*dari cerita seorang teman, bukan saya kok :)*



Fly with you



Of course, i would..
But..can you teach me how to fly, first? ;)